Pulau St. Martin Bangladesh Hadapi Krisis Pangan Akibat Konflik Perbatasan dengan Myanmar

JurnalLuga.Com – Pulau St. Martin di Bangladesh, yang terkenal dengan kekayaan terumbu karangnya, kini berada dalam krisis pangan yang sudah berlangsung selama empat hari terakhir. Krisis ini dipicu oleh terhentinya komunikasi dan transportasi akibat penembakan berkala dari seberang perbatasan Myanmar, menurut keterangan para pejabat setempat.

Pulau kecil ini, dengan luas sekitar 8 kilometer persegi, terletak di timur laut Teluk Benggala. Keindahan alamnya menjadikannya salah satu destinasi wisata utama di Bangladesh. Namun, konflik di perbatasan telah mengancam kelangsungan hidup dan aktivitas ekonomi di pulau ini.

Read More
Baca Juga  Percobaan Pembunuhan Trump Kremlin Tuding Biden Ciptakan Atmosfer Berbahaya!

Selama empat hari terakhir, setidaknya tiga perahu diserang di wilayah Naikkhyongdia yang berada di perbatasan Sungai Naf, satu-satunya sungai yang mengalir di antara Bangladesh dan Myanmar melalui rute Teknaf-St. Martin di tenggara distrik Cox’s Bazar. Serangan-serangan ini membuat para pemilik perahu menghentikan operasional mereka.

Mujibur Rahman, Ketua Dewan Persatuan St. Martin, menyatakan kepada Anadolu bahwa orang-orang tak dikenal dari perbatasan Myanmar menembaki perahu yang membawa makanan dan penumpang di sepanjang muara lintas batas Sungai Naf dan Teluk Benggala. Akibatnya, para nelayan lokal juga takut untuk menangkap ikan di Sungai Naf karena risiko tembakan.

Baca Juga  Krisis Kemanusiaan di Jalur Gaza OCHA Mencatat Lebih dari 1,1 Juta Orang Menghadapi Tingkat Kerawanan Pangan yang Ekstrem

“Kami tidak bisa mengangkut komoditas sehari-hari ke pulau yang berpenduduk sekitar 11.000 jiwa ini. Para wisatawan juga terjebak dan menghadapi krisis pangan serta akomodasi,” ungkap Rahman.

“Kami sudah menginformasikan otoritas kota dan distrik. Mereka sedang mencari rute alternatif. Namun, kami belum mengetahui jalur perairan alternatif mana yang bisa menghubungkan pulau ke daratan,” tambahnya.

“Kami berupaya memastikan keselamatan masyarakat kami dengan berkonsultasi dengan semua lembaga pemerintah terkait dan mencari rute alternatif ke pulau itu,” lanjutnya.

Konflik antara pasukan junta dan Tentara Arakan serta kelompok pemberontak lainnya di Myanmar terus meningkat, yang turut mempengaruhi negara tetangga, Bangladesh.

Baca Juga  20 Orang Dirawat Akibat Kebocoran Bahan Kimia di Bandara Internasional Kuala Lumpur Malaysia

Direktur Jenderal sayap Myanmar di Kementerian Luar Negeri Bangladesh, Mia Md Mainul Kabir, menyatakan kepada Anadolu bahwa mereka terus melakukan komunikasi rutin dengan Myanmar terkait penembakan dari seberang perbatasan.

Situasi ini memperlihatkan betapa rapuhnya kedamaian di daerah perbatasan dan dampak langsungnya terhadap kehidupan masyarakat setempat. Diperlukan upaya diplomasi yang lebih kuat untuk mengatasi konflik ini dan mengembalikan keadaan menjadi normal.

Related posts